Pengertian deduktif
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang
berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan
yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau
di ambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan
pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah
pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir
yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan
dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh:
- Semua makhluk hidup perlu makan untuk mempertahankan hidup (Premis mayor)
- Susi adalah seorang makhluk hidup (Premis minor)
- Jadi, Susi perlu makan untuk mempertahankan hidupnya. (kesimpulan)
Proses penalaran itu berlangsung dalam tiga tahap.
Pertama, generalisasi sebagai pangkal tolak. Kedua, penerapan atau perincian
generalisasi melalui kasus tertentu. Ketiga, kesimpulan deduktif yang berlaku
bagi kasus khusus itu.
Silogisme
Dalam pengertian umum, silogisme adalah
suatu argument deduktif yang terdiri dari dua premis dan satu kesimpulan.
Silogisme adalah setiap penyimpulan tidak langsung, yang dari dua proposisi
(premis-premis) disimpulkan suatu proposisi baru (kesimpulan). Premis yang
pertama disebut premis umum (premis mayor) dan premis yang kedua disebut premis
khusus (premis minor). Kesimpulan itu berhubungan erat sekali dengan
premis-premis yang ada. Jika premis-premisnya benar maka kesimpulannya juga
benar.
Jenis-jenis
Silogisme
Silogisme
dibagi menjadi 5 jenis, sebagai berikut:
- Silogisme Kategorial
- Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor/ Premis Umum)
- Akasia adalah tumbuhan (Premis Minor / Premis Khusus)
- Akasia membutuhkan air (Konklusi / Kesimpulan
Hukum-hukum
Silogisme Katagorik.
- Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
- Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
- Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
- Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
- Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
- Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
- Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis
mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi
katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
- Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
- Jika hujan saya naik mobil.(mayor)
- Sekarang hujan.(minor)
- Saya naik mobil (konklusi).
Contoh :
- Jika hujan, bumi akan basah (mayor).
- Sekarang bumi telah basah (minor).
- Hujan telah turun (konklusi)
3. Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh :
- Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
- Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
- Kegelisahan tidak akan timbul.
Contoh :
- Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
- Pihak penguasa tidak gelisah.
- Mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Silogisme
alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah
satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
- Kyuhyun berada di Korea atau Jepang.
- Nenek Sumi berada di Jepang.
- Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Korea.
Silogisme
disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif
sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari
salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme
hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang
semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:
- Silogisme disyungtif dalam arti sempit
Contoh :
- Dia pintar atau bodoh.(premis1)
- Ternyata dia pintar.(premis2)
- Ia tidak bodoh (konklusi).
Silogisme
disyungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan
kontradiktif.
Contoh :
- Santi di rumah atau di sekolah.(premis1)
- Ternyata tidak di rumah.(premis2)
- Santi di sekolah (konklusi).
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis
minor dan kesimpulan.
Contoh :
- Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
- Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar