Rabu, 01 April 2015

BERFIKIR DEDUKTIF

Pengertian deduktif

        Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.


        Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

Contoh:

  • Semua makhluk hidup perlu makan untuk mempertahankan hidup (Premis mayor)
  • Susi adalah seorang makhluk hidup (Premis minor) 
  • Jadi, Susi perlu makan untuk mempertahankan hidupnya. (kesimpulan)
        Proses penalaran itu berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, generalisasi sebagai pangkal tolak. Kedua, penerapan atau perincian generalisasi melalui kasus tertentu. Ketiga, kesimpulan deduktif yang berlaku bagi kasus khusus itu.


Silogisme
        Dalam pengertian umum, silogisme adalah suatu argument deduktif yang terdiri dari dua premis dan satu kesimpulan. Silogisme adalah setiap penyimpulan tidak langsung, yang dari dua proposisi (premis-premis) disimpulkan suatu proposisi baru (kesimpulan). Premis yang pertama disebut premis umum (premis mayor) dan premis yang kedua disebut premis khusus (premis minor). Kesimpulan itu berhubungan erat sekali dengan premis-premis yang ada. Jika premis-premisnya benar maka kesimpulannya juga benar. 

Jenis-jenis Silogisme
Silogisme dibagi menjadi 5 jenis, sebagai berikut:
  1.       Silogisme Kategorial
        Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).Contoh 
  •     Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor/ Premis Umum)
  •     Akasia adalah tumbuhan (Premis Minor / Premis Khusus)
  •     Akasia membutuhkan air (Konklusi / Kesimpulan

Hukum-hukum Silogisme Katagorik.
  1. Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
  2. Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
  3. Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
  4. Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
  5. Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
  6. Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
  7. Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.

     2.        Silogisme Hipotetik
           Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:

  1.       Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
  •     Jika hujan saya naik mobil.(mayor)
  •     Sekarang hujan.(minor)
  •     Saya naik mobil (konklusi).
     2.  Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.

      Contoh :
  •     Jika hujan, bumi akan basah (mayor).
  •     Sekarang bumi telah basah (minor).
  •     Hujan telah turun (konklusi)
           3.    Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
      Contoh :

  •     Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul. 
  •     Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa. 
  •     Kegelisahan tidak akan timbul.
     4.   Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya. 
       Contoh :
  •     Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
  •     Pihak penguasa tidak gelisah.
  •     Mahasiswa tidak turun ke jalanan.

     3.      Silogisme Alternatif
           Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
      Contoh :
  •     Kyuhyun berada di Korea atau Jepang.
  •     Nenek Sumi berada di Jepang.
  •     Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Korea.


     4.      Silogisme Disjungtif
         Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:
  1.     Silogisme disyungtif dalam arti sempit
Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif.
      Contoh :
  •     Dia pintar atau bodoh.(premis1)
  •     Ternyata dia pintar.(premis2)
  •     Ia tidak bodoh (konklusi).
     2. Silogisme disjungtif dalam arti luas
    Silogisme disyungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif. 
      Contoh :
  •     Santi di rumah atau di sekolah.(premis1)
  •     Ternyata tidak di rumah.(premis2)
  •     Santi di sekolah (konklusi).

     5.      Entimen
     Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
      Contoh :
  •     Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
  •     Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.



Sumber : http://fatmawt94.blogspot.com/2014/10/tugas-softskill-ke-1-bahasa-indonesia.html